Mengenal Teknik Dasar Pendakian / Rock Climbing
Mari kita share disini tentang satu kata kunci penting yang berkenaan dengan olahraga yang cukup menantang dan memaacu adrenalin.Banyak orang bilang ini adalah olahraga yang kurang berseni. apanya yang kurang berseni coba????Mungkin mereka semua itu bilang karena mereka tidak pernah mencoba olahraga yang super keren bin menantang ini.
Seorang pemanjat harus bisa memahami tebing yang akan dipanjat, bagaimana kontur tebing tersebut, apa saja peralatan yang nantinya akan dipergunakan, dan kalau bisa tahu secara detail bagaimana bentuk pegangan dan celah-celah yang ada pada tebing tersebut yang paling utama pemanjat harus bisa menentukan jalur pemanjatan, cara pemasangan dan penggunaan peralatan yang benar, hal itu akan menjadi safety standart prosedur dalam pemanjatan sehingga menjadi support tambahan bagi kesuksesan dalam melakukan pemanjatan dan yang terpenting dalam melakukan pendakian, yaitu Kelengkapan sebuah alat dan kepercayaan diri kita terhadap keamanan alat tersebut, Jika semua itu terpenuhi langkah selanjutnya adalah bagaimana teknik yang harus kita kuasai dalam melakukan suatu pemanjatan. Berikut ini akan di jelaskan tentang bagaimana teknik-teknik yang lazim di gunakan dalam panjat tebing
1. Face Climbing
Yaitu suatu pemanjatan dimana permukaan tebing masih terdapat tonjolan
atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan.
Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk
mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan
menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah.
Tangan manusia tidak bisa digunakan untuk mempertahankan berat badan
dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat
melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan
merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen
gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk
tergelincir.Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki)
akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
2. Friction / Slab Climbing
Teknik Dasar Pendakian / Rock Climbing ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya
penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu
vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan.
Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan
bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan
maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
3. Fissure Climbing
Teknik Dasar Pendakian / Rock Climbing ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang
seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa
pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.
Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.
Chimneying, teknik memanjat celah
vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan
punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi
tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan
diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas
bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
Lay Back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.
Pembagian Pendakian Berdasarkan Pemakaian Alat
1. Free Climbing
Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik
adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan
adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti
prosedur yang benar. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya
sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil
memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak
atau melanjutkan pendakian. Dalam hal ini seorang pendaki
diamankan belayer.
2. Free Soloing
Merupakan bagian dari free climbing, tetapi pendaki benar-benar
melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam
pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan
free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui
segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan
kadang-kadang ia harus menghafalkan terlebih dahulu segala gerakan, baik itu
tumpuan ataupun pegangan. Orang yang akan melakukan free
soloing climbing biasanya ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama.
Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga
hanya orang yang benar-benar mampu dan professional yang akan
melakukannya.
Post a Comment